Sumber Gambar: google |
Robert Holton (2000) dalam tulisannya berjudul Globalization’s Cultural Consequences
memberikan 3 tesis utama dalam menganalisa konsekuensi budaya dalam
globalisasi, yaitu Homogenisasi, yang mana mengarahkan pada konvergensi budaya
atau pemusatan budaya, yang menyatakan bahwa budaya global distandarisasi pada
seputaran pola Barat atau Amerika. Namun, budaya, tampaknya, lebih sulit untuk distandarisasi
daripada organisasi ekonomi dan teknologi (Holton, 2000:140). Dan kehadiran
alternatif budaya dan ketahanan terhadap norma-norma Barat menunjukkan bahwa Polarisasi
memberikan gambaran yang lebih meyakinkan mengenai perkembangan budaya global. Tesis
ini menempatkan perang budaya di antara globalisasi barat dan lawannya. Sementara
Hibridisasi berargumen bahwa budaya meminjam dan menggabungkan elemen-elemen
dari satu sama lain, menciptakan bentuk hibrida, atau perpaduan (Holton,
2000:140). Globalisasi mendorong campuran dari kumpulan berbagai macam budaya
yang tersedia melalui pertukaran lintas-perbatasan.
Lebih lanjut, menurut Robert Holton (2000),
dalam homogenisasi, globalisasi dan budaya dipercaya dalam suatu konvergensi
atau pemusatan ke arah seperangkat praktik dan ciri-ciri budaya. Penggunaan
istilah “Coca-colonization” atau “McDonaldization” mencerminkan budaya
global mengikuti ekonomi global. Bahkan, Homogenisasi setara dengan Westernization atau bahkan Amerikanisasi
(Holton, 2000:142). Terbentuknya suatu konsumen global yang berdasarkan pada tidak
hanya pada kenyamanan produk global tetapi juga pada penjualan suatu impian mengenai
kemakmuran, kesuksesan pribadi, dan kepuasan yang dibangkitkan melalui iklan
dan industri budaya Hollywood. Ini menandakan adanya pembentukan konsumen
global melalui strategi pemasaran massa. Selain itu, Robert Holton (2000)
menambahkan pengembangan budaya global tidak hanya didorong oleh strategi
pemasaran massa tetapi juga melalui munculnya dan kepentingan elit global yang
lintas-nasional. Namun, menurut Arjun Appadurai (1990 dalam Holton, 2000:144)
ancaman budaya di banyak negara sering dianggap bukan hanya Amerikanisasi. Lalu
mengenai tesis Polarisasi, tesis ini menyatakan budaya lebih sulit untuk
mengglobal dibandingkan aktivitas politik atau ekonomi. Dalam tesis ini, budaya
dibagi menjadi dua yang dibentuk antara Barat dan non-Barat. Non-Barat biasa
disebut sebagai the Orient atau
Timur. Sebagai contoh, dunia Middle
Eastern Islamic disebut sebagai Oriental oleh banyak orang Barat seperti
novelis, pelukis, penjelajah dan sebagainya. Timur tipikalnya dilihat sebagai
stagnan dan tidak berubah, atau erotis, atau otoriter sementara Barat dibentuk
seperti dinamis, berinovasi, rasional dan toleransi (Holton, 2000:145). Dalam
hal ini, budaya global disajikan dari segi konflik antara dua stereotipe budaya
yang bertentangan. Benjamin Barber (1995 dalam Holton, 2000:146)
mengkarakteristikkan polarisasi budaya global menjadi konflik antara McWorld
dan Jihad. McWorld maksudnya adalah kombinasi anara fast food (McDonald’s), fast
music (MTV) dan fast computers
(Apple) yang mengikat semua orang melalui konsumsi produksi budaya
terkomodifikasi, sementara Jihad
dimaksudkan sebagai upaya fundamentalisme dan tribalisme budaya yang
menjanjikan pembebasan moral dari kekayaan melalui mobilisasi politik
kemasyarakatan dalam mengejar keadilan.
Sementara
itu tesis yang terakhir adalah Hibridisasi, yang memusatkan pada pertukaran budaya dan penggabungan
unsur-unsur budaya dari berbagai sumber dalam praktik budaya tertentu (Holton,
2000:148). Meskipun tesis homogenisasi dan polarisasi memberikan signifikansi
yang besar, namun keduanya tidak menyelesaikan unsur multidimensi yang kompleks
yang membentuk budaya global. Kesempatan untuk pertukaran budaya terbuka tidak
hanya melalui micro-interactions dari
perkawinan namun juga kontak budaya antara orang-orang dari latar belakang
budaya yang berbeda. Pertukaran budaya terjadi pada wilayah agama, budaya,
politik, bahkan musik (Holton, 2000:149). Banyak aktor-aktor seperti diplomat,
jurnalis, pebisnis, birokrat, yang disebut-sebut sebagai kelompok kerja yang
semakin terlibat dalam lebih dari satu latar belakang budaya. Dalam hal ini,
Hibridisasi memberikan ide bahwa budaya telah menjadi begitu bercampur dan
tidak ada lagi budaya asli atau murni yang berbeda dari satu sama lain. Bahwa
Holton beranggapan akan sulit menjawab mengenai pertanyaan yang bersinggungan
dengan konsekuensi budaya di dalam globalisasi. Richard Holton memandang hal
ini dikarenakan kegagalan teori-teori besar dalam menjelaskan perbedaan dan
kerumitan dari perkembangan budaya global. Holton menambahkan bahwa pandangan
Hibridisasi merupakan koreksi dari dua tesis lainnya, karena pandangan tersebut
mampu mencakup second level dari
kompleksitas.
Penulis setuju dengan Richard Holton bahwa akan
sulit menjawab mengenai pertanyaan yang bersinggungan dengan konsekuensi budaya
di dalam globalisasi. Dan memandang Hibridisasi merupakan koreksi dari dua
tesis sebelumnya yaitu Homogenisasi dan Polarisasi. Jika diambil contoh adalah
Jakarta Jazz Festival. Itu merupakan festival musik Jazz yang menampilkan
musisi jazz dari seluruh penjuru dunia. Ini menandakan bahwa adanya perpaduan
budaya dari berbagai negara yang menyatu di dalam suatu jenis music, yaitu
jazz. Dari apa yang sudah penulis paparkan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa globalisasi pada masa saat
ini memberikan signifikansi yang besar terhadap dunia khususnya negara. Banyak aspek yang telah
terpengaruh oleh globalisasi. Saat ini kehidupan sosial mengalami perubahan
yang cepat di mana capital, teknologi, masyarakat, ide-ide, informasi bergerak
tanpa henti. Tak terkecuali pada bidang budaya. Masuknya globalisasi pada
bidang budaya ini sedikit banyaknya memberikan beberapa perubahan yang ada.
Muncul pula beberapa isu-isu yang diakibatkan oleh globalisasi.
Konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat dianalisa melalui 3 tesis utama:
homogenisasi, polarisasi, dan hibridisasi.
Referensi:
Holton, Richard. 2000. Globalization’s Cultural
Consequences. Dalam: Annals of the
American Academy of Political and Social Science, Vol. 570, Dimension of
Globalization. (Jul., 2000), pp.140-52
0 comments:
Post a Comment